Hujan di Musim Durian

Tulisan ini saya tuliskan dengan sengaja karena sudah lama saya tidak menulis di web-blog berdomain wordpress ini. Mungkin kata-katanya akan banyak yang terbaca dengan bahasa yang terlalu santai. Ya memang begitulah tulisan ini dibuat, saya ingin memulai kembali kebiasaan menulis setelah hampir satu tahun ke belakang hampir menghilang. Selama ini, saya seringnya menuliskan ide dan uneg uneg saya melalui jejaring sosial media seperti facebook, twitter atau instagram.

54d347d4f2a9eeee1e419d49Ngomong-ngomong soal hujan, Hujan merupakan karunia yang terindah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena dengan hujan, tanah yang kering menjadi basah dan kembali subur sehingga tanaman dan pepohonan bisa tumbuh atas seizin-Nya. Oleh karena itu, bagi seorang muslim ketika menjumpai hujan disunnahkan membaca do’a “Allahumma shayyiban nafi’an” yang artinya Ya Allah, semoga hujan ini bermanfaat. Baca lebih lanjut

Kembali ke Rumah, Merumuskan Cita

Galau? Mungkin sudah saatnya saya mengakhiri fase ini. Bukannya apa dan kenapa, akan tetapi memang saya sepertinya harus segera beranjak dari ruang 3 x 3 di kota tempat saya menempa diri dengan segala aktivitasnya. Kini saatnya bangun dari tidur lelapku, Terlalu lama bersantai sehingga sekian banyak cita-citaku tertunda hingga terpendam dan sepertinya saatnnya saya gali kembali.

Seperti biasa, rumah adalah tempat berbagi bagi saya. Segala permasalahan yang ada akan selalu saya ceritakan kepada penghuni di rumah ini. Bahkan mungkin karir dan jodoh saya akan tentukan berdasarkan hasil dari ‘berbagi’ di rumah ini. Cukup selektif memang, terlebih saya ini adalah putra terakhir dari 4 bersaudara. Saya dituntut serba sempurna dihadapan keluarga. Ditambah setelah sekian lama menunda kelulusan dari tahap menuju gelar sarjana ini. Saya selalu dihardik dengan pertanyaan, “Kapan selesai? Segera lanjutkan tahap selanjutnya!” inti dari pertanyaan yang sering tersampaikan kurang lebih seperti itu. Baca lebih lanjut

Menulis

Apa yang anda bayangkan ketika mendengar atau membaca kata “menulis”?

Ya, sepertinya anda mengartikan kata “menulis” ini dengan suatu hal yang berhubungan dengan apa yang sedang kita pelajari, apa yang sedang kita alami, dan apa yang sedang kita rasakan.

Menulis Menulis, pada zaman awal manusia mengenal huruf atau tulisan. Aktivitas menulis ini diidentikkan dengan orang yang berilmu dan berpengetahuan. Bahkan sampai zaman sekarang pun, menulis akan tetap diidentikkan dengan orang yang mempunyai pengetahuan lebih. Lantas, bisakah kita menjadi seorang penulis? Baca lebih lanjut

Menjadi Manusia Mulia (bagian 1)

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Manusia terbuat dari tanah mempunyai akal dan hawa nafsu. Manusia sejak awal diciptakan mempunyai tugas yang berat yaitu menjadi khalifah fil ardl (pemimpin di dunia). Sebuah tugas yang tak akan sanggup dijunjung oleh makhluk lainnya. Bahkan gunung pun akan terbelah ketika diberikan tugas seperti yang dibebankan kepada manusia.

Pada zaman modernisasi ini, manusia seakan-akan kehilangan jati dirinya. Kehidupannya sudah bergeser jauh dari fitrah-Nya. Apa yang dilakukan oleh manusia sekarang sepertinya memang sudah melampaui batas dan semuanya lebih sering mementingkan kepentingan duniawi melalui materi yang tak terbatas jumlahnya. Hal ini yang kemudian akan menyebabkan kemunduran peradaban manusia karena rusaknya perilaku serta semakin jauhnya manusia dengan Tuhannya. Baca lebih lanjut

Sertifikasi Guru yang Layak

Di era pendidikan modern ini, para tenaga pengajar dalam hal ini guru dituntut untuk memberikan pendidikan yang bisa mencerdaskan para siswanya tentunya dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seiring perkembangan kurikulum yang diberlakukan, standarisasi atau yang lebih dikenal dengan sertifikasi juga dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengukur kompetensi yang harus dimiliki yaitu dengan menempuh pendidikan Sarjana (S1) di bidang yang diajarkannya sebagai salah satu syaratnya.

Salah satu keuntungan ketika mendapatkan sertifikasi adalah kenaikan gaji. Hal tersebut yang kemudian memacu para guru untuk mendapatkan sertifikasi. Saya pernah menjumpai sebuah kejadian ketika mendapatkan kesempatan mengawasi Ujian Semester di salah satu Perguruan Tinggi Negeri. Di sana dijumpai seorang bapak yang sudah berusia lanjut mengikuti ujian semester di Perguruan Tinggi tersebut hanya untuk mendapatkan seritifikasi. Padahal secara usia dan kemampuan kinerja mungkin sudah tidak layak lagi untuk menjadi seorang guru pengajar karena bapak yang satu ini sudah mengalami kesulitan ketika menuliskan identitas dan jawaban di lembar kerja ujian tersebut. Di saat yang sama pula saya bertemu dengan teman seangkatan saya yang kebetulan menjadi guru di sekolah swasta dan ketika saya ajak berbicara dia menyatakan bahwa dia menempuh pendidikan S1 ini hanya untuk mendapatkan sertifikasi yang nantinya akan mendapatkan tambahan gaji yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baca lebih lanjut